Cadangan Energi Baru Melimpah, Indonesia Siap Atasi Krisis Energi Global

Melimpahnya cadangan energi terbarukan di Indonesia, merupakan salah satu kekuatan dalam negeri untuk mengatasi krisis energi fosil yang yang bersifat global. Menurut Direktur Eksekutif Institute Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, volatilitas (perubahan) harga energi primer yakni energi fosil merupakan benang merah dari meluasnya krisis energi fosil.

“Perlu diingat bahwa krisis energi yang terjadi saat ini merupakan krisis energi fosil. Volatilitas harga energi fosil sangat tinggi. Kenaikan harga masing-masing energi fosil saling mempengaruhi.” Tuturnya.

Fabby menerangkan bahwa krisis energi memberikan pelajaran bagi Indonesia untuk mempercepat transisi energi menuju energi terbarukan. Menurutnya, cadangan energi terbarukan di Indonesia yang melimpah merupakan kekuatan bagi Indonesia untuk berpindah dari energi fosil. ia pun menambahkan bahwa Indonesia perlu melakukan diversifikasi pasokan energi dan meningkatkan energi efisiensi untuk mencegah ketergantungan pada satu sumber energi saja. Meningkatkan bauran energi terbarukan juga harus memikirkan penyimpanan energi dalam durasi waktu yang lama (long-term energy storage). Interkoneksi antar pulau dibutuhkan untuk mengatasi perbedaan permintaan energi antar pulau.

Selanjutnya dalam perencanaan peta jalan transisi energi, perlu pula menyiapkan instrumen safeguard untuk melindungi akses energi bagi keluarga miskin.

Fabby lebih lanjut berpendapat bahwa setiap pihak dapat mengkomunikasikan dengan benar tentang krisis energi yang terjadi di UK dan Eropa, sehingga tidak ada kesalahan informasi yang menimbulkan kepanikan di masyarakat.

“Indonesia sendiri tidak perlu khawatir terhadap krisis energi yang terjadi di Eropa, China, Inggris, India, karena Indonesia mempunyai keunggulan untuk merancang transisi energi menuju dekarbonisasi lebih awal dengan lebih baik,” ujarnya.

Beberapa negara di Eropa saat ini sudah mempertimbangkan langkah-langkah signifikan untuk mengatasi ketergantungan energi fosil dan beralih ke energi terbarukan dalam sebuah studi, atau forum bersama. Diantaranya Inggris yang mempersiapkan peralihan energi fosil ke sumber daya energi angin sebagai energi utama.

Baca Juga :   Lebaran Ceria, Menteri PUPR Yakin Jalan Tol Maksimal Buat Mudik

Dalam webdinar daring yang bertajuk “Energy Crisis in UK and Europe: Lesson learned for Indonesia Energy’s Transition” yang diselenggarakan oleh Clean, Affordable and Secure Energy for Southeast Asia (CASE), Senin (11/10). Director, Economic Consulting Associates (ECA) United Kingdom, William Derbyshire menjelaskan bahwa ketergantungan Inggris terhadap energi fosil tercermin pada bauran pembangkit listriknya yang menempatkan porsi gas sebanyak 42%.  Sementara itu untuk energi terbarukan hanya didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dengan porsi sebesar 16%.

“Jika krisis energi yang terjadi disebabkan oleh karena melonjaknya harga energi fosil, maka solusinya adalah melepas ketergantungan dari energi fosil dan beralih ke energi bersih,” ungkap William. Sejauh ini, PLTB menjadi andalan Inggris untuk menghasilkan listrik dari pembangkit energi terbarukan. Namun, PLTB ini mempunyai variabilitas yang tinggi meskipun dapat diprediksi dari catatan historis pola dan kecepatan angin di suatu titik tertentu.

Pada kesempatan yang sama dalam forum diskusi daring tersebut, Gareth Davies, Managing Director, Aquatera, mengatakan bahwa variabilitas ini dapat dikurangi jika dapat mengidentifikasi wilayah baru dengan kecepatan angin tinggi dan membangun pembangkit baru di situ.

“Dengan mendistribusikan produksi (tenaga angin) di wilayah geografis yang luas, akan dapat membantu meningkatkan ketahanan energi dan menyimbangkan pasokan energi Inggris,” ujarnya. (WMP)